Abrasi Sungai Saddang Terjang Ratusan Hektare Lahan Pertanian, Warga Minta Perhatian Pemerintah

Abrasi Sungai Saddang yang setiap saat mengikis lahan pertanian warga lingkungan Masolo, Kelurahan Teppo, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang. (Dok. Taufik).

PINRANG, Analysis.co.id – Abrasi air sungai Saddang menghantam ratusan hektare dan puluhan rumah di lingkungan Masolo, Kelurahan, Teppo, Kecamatan, Patampanua, Kabupaten Pinrang. Sulawesi Selatan (Sulsel).

Muhammad Taufik warga, lingkungan Masolo, menjelaskan bahwa abrasi sungai Saddang telah melanda lahan pertanian warga yang merupakan sumber pencaharian perekonomian masyarakat teppo kini telah hilang.

Akibat abrasi sungai saddang, Taufik sapaan akrabnya, mengatakan, sekitar 200 hektare lebih lahan perkebunan dan persawahan masyarakat telah hilang.

Saat ini, kata dia, kondisi abrasi sungai saddang mengancam serta menerjang persawahan dan pemukiman warga. Kurang dari 250 meter lagi pemukiman warga juga akan habis jika tidak ditangani dengan cepat.

“Karena sungai saddang mengalami abrasi tinggi jika terjadi musim hujan, apa lagi jika curah hujannya begitu deras maka sekitar 5 meter per jamnya tanah di pinggiran sungai saddang akan mengalami peningkatan abrasi,” jelas Taufik yang juga Lulusan Magister Pendidikan IAIN Parepare, saat di hubungi Analysis.co.id melalui WhatsApp  Messenger, Rabu (29/5/2024).

Kendati demikian, Taufik yang merupakan Tokoh Pemuda ini, menyampaikan peristiwa abrasi sungai Saddang terjadi bermula sejak dia masih kecil.

“Sungai saddang mulai abrasi sekira tahun 1996, karena di pinggiran sungai saddang dulunya tempat bermain mencari udang dan ikan bagi anak. Cuman diakhir tahun 2014 warga mulai mengalami keresahan tinggi karena melihat pinggiran sungai saddang yang terkadang mengalami longsor kecil-kecilan di luar dari musim hujan. Apa lagi jika terjadi musim hujan air sungai saddang dapat menghilangkan tanah perkebunan dan persawahan warga sekitar 5 meter perjam,” katanya.

Selain itu, Dia mengaku pasrah, karena segala upaya swadaya warga telah dilakukan. Namun hasilnya nihil.

“Kami tidak tahu mau berbuat apa, karena sejak tahun 2018 Warga mendatangi kantor DPRD kabupaten pinrang untuk berdialog, nanti di tahun 2020 warga melakukan aksi damai untuk berdialog dengan DPRD namun sampai sekarang tak ada tindakan penanganan,” ujarnya.

Dia menambahan selain itu, pihaknya juga melaporkan kepada kepala lurah, akan tetapi kelurahan yang tidak memiliki daya dalam menangani abrasi. Apalagi imbas abrasi itu, tambah dia, akan merusak fasilitas umum, selain dari rumah warga, Sekolah, Mesjid serta Jalan ikut tertimpa.

“Sungai saddang, hingga saat ini jika terjadi abrasi warga hanya sekedar diam dan menerima apa yang terjadi,” ungkapnya.

Untuk itu, ia berharap pemerintah bisa turun tangan mengatasi persoalan tersebut.

“Terkait adanya abrasi ini, setidaknya ditangani secepatnya bukan sekedar janji lagi, sebelum pemukiman warga juga ikut mengalami dan masyarakat kelurahan teppo lingkungan masolo secara umum,” harapnya.

Ditempat terpisah, Lurah Teppo, Abdullah menyebut, pihaknya sudah melakukan upaya menghadirkan langsung dari DPRD Pinrang juga pemerintah terkait untuk meninjau Abrasi Sungai di Kelurahan Teppo.

“Kami sudah mendatangkan ketua DPRD Pinrang, untuk kunjungan bersama dengan anggotanya dilokasi kejadian, setelah itu kami langsung ke Makassar tepatnya di Jeneberang, bagaimana supaya dikerjakan secepatnya, dan diakhir bulan april kemarin, pihak balai sungai juga turun melihat kondisi, dan untuk sementara saya masih menunggu lagi dari komisi II anggota DPRD kabupaten Pinrang, untuk melihat kondisi” kata Abdullah.

Meski begitu, Abdullah berharap, “saya kira kedepannya harus dikerjakan karena jika penanganannya terlambat, maka akan lebih parah lagi, karena abarasi ini sudah sangat dekat dengan pemukiman warga,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup