Berhasil Tekan Inflasi di Sulbar, PJ. Bahtiar Sampaikan Terimakasih ke TPID
MAMUJU, Analysis.co.id – Berhasil menekan angka inflasi di Sulbar, Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin sampaikan terimakasih ke Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulbar.
Daerah yang baru dipimpin ini, mampu menjadi terbaik kedua pengendalian inflasi seluruh Indonesia.
Hal ini, terkuak dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar terkait potret inflasi di Sulbar.
“Tim pengendali inflasi daerah Sulbar telah mampu mengelola inflasi dengan baik, itu dilihat bulan lalu angkanya 2,02 persen sekarang 1,25 persen,” kata Bahtiar, Selasa (04/6/2024).
Sejak menjabat sebagai Pj Gubernur, Bahtiar gencar melakukan pemantauan harga bahan pokok pada enam kabupaten di Sulbar.
Bahkan hanya dalam tempo dua hari, Bahtiar keluar masuk guna memantau dan berdialog dengan para pedagang. Selain itu Pemprov Sulbar juga gencar melakukan operasi pasar murah.
“Kita nomor dua terbaik seluruh Indonesia. Baru tiga minggu itu belum lama. Saya ditempat lain tidak pernah bicara komoditas pisang biasanya beras, telur, hingga ikan. Khas di Sulbar saya bicara pisang,” ujarnya.
Selain itu, Bahtiar yang akrab disapa PJ Pikun (Pisan/Sukun) ini, mengencangkan program penanaman pisang cavendish serta mewacakan industrilasi pisang bagi Sulawesi Barat.
Apalagi, memang pisang bagian ekonomi Sulbar yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga ini harus menjadi perhatian khusus.
“Bahwa memang kita punya peluang sekaligus tantangan mengelola produksi pisang,” ungkapnya.
Kata dia, Sebab hilirisasinya di Sulbar di mana pisang salah satu sub bahan pokok kebutuhan masyarakat Sulbar.
Sedangkan, Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri menyampaikan pada Mei 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1,25 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,46.
“Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 2,21 persen dengan IHK sebesar 104,82 dan terendah terjadi di Kabupaten Majene sebesar 0,63 persen dengan IHK sebesar 105,87,” katanya.
Saat ini, kata dia, Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,85 persen kelompok kesehatan sebesar 2,33 persen, kelompok transportasi sebesar 0,81 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,06 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,67 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 5,75 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,72 persen.
“Jadi kita urutan kedua pengendalian inflasi terbaik seluruh Indonesia bulan ini,” tandasnya. Nur (*)
Tinggalkan Balasan