MFF 2024 Resmi di Tutup, Sampai Jumpa di MFF 2025

Penutupan MFF 2024 dilaksanakan pada Minggu (27/08) malam. Pemenang untuk enam karegori yang disediakan oleh penyelenggara ditunaikan di malam puncak.

ANALYSIS.CO.ID, Mamuju – Malam puncak penganugerahan event Manakarra Film Festival, (MFF) tahun 2024. Pembacaan sekaligus penyerahan penghargaan kepada para pemenang jadi penanda berakhirnya festival film pertama di Sulawesi Barat itu.

Penutupan MFF 2024 dilaksanakan pada Minggu (27/08) malam. Pemenang untuk enam karegori yang disediakan oleh penyelenggara ditunaikan di malam puncak. Enam kategori tersebut masing-masing, spesial mention, favorit penonton, kategori sandeq, kategori banua,, kategori sekomandi, serta kategori manurung.

Adalah film berjudul ‘Fate’, produksi House Orang Film dari Universita Indonesia (UI) yang terpilih sebagai film terbaik untuk kategori spesial mention. Sementara untuk film favorit penonton, MFF 2024 memilih ‘House of Lengger’ produksi Resilience Pictures asal Purwokerto.

Pemenang film untuk kategori sandeq jatuh kepada ‘Wasiat’ yang merupakan karya Kyra Studio asal Yogjakarta. ‘Warisan Budaya Tanpa Suara’ produksi Arjuna Saputra dari Palu jadi film terbaik untuk kategori Banua. Film berjudul ‘Janji Siswa’ produksi Tuju Langir Studio asal Jakarta Timur keluar sebagai film terbaik untuk kategori Sekomandi. Serta Kategori Manurung jatuh kepada film berjudul ‘Romansa di Balik Pagar Akal’ produksi Hura Haru Film, Bandung.

Production House Orang Film UI, Celvin Hananto mengaku mendapat pengalaman yang begitu luar biasa selama di Mamuju. Hal yang paling ia syukuri adalah MFF bisa jadi ajang bersilaturrahmi antarkomunitas film se-Indonesia. Berbaur, sekaligus berbaur bersama, diskusi soal film, soal kesenian dan lain sebagainya.

“Bagaimana Mamuju ini mencoba untuk berkembang yah. Khususnya di industri film sih. Itu yang paling menarik dari perjalanan kita dari kemarin sampai sekarang. Ternyata sangat banyak sineas dan juga kolaborasi dengan sejumlah spesialis-spesialis yang bukan hanya ada di bidang film, tapi juga di bidang yang lain. Mereka cukup menyatu dan akhirnya bisa menyatukan kolaborasi mereka yang mewujud di event Manakarra Film Festival,” ungkap Calvin Hananto di sela-sela seremoni penutupan MFF 2024. Selasa (19/10/2024).

Ia menambahkan, sesuatu yang ia apresiasi dari MFF 2024 adalah spirit dari berbagai komunitas di Mamuju yang luar biasa dalam mengembangkan industri kreatif. Keren, kata Celvin.

“Semangat dan antusias dari para kolaborator dan kolektifan orang-orang di Mamuju terutamanya mereka sangat-sangat mau dan bersikeras untuk menjadikan acara Manakara Film Festival berhasil dan memuaskan. Semoga MFF dapat mencangkup lebih banyak orang dan juga kolaborator-kolaborator yang ada, agar Manakarra Film Festival di tahun 2025 bisa lebih besar dan juga lebih meriah lagi,” tutup Celvin Hananto.

Sementara Fathanan Dito yang juga dari Production House Orang Film UI berharap, kedepannya semoga manakara film festival bisa lebih memperdalam diskusi soal film khususnya, karena memang wearness soal film di sini masih terus berkembang.

“Harapannya ke wearness itu akan semakin berkembang dengan lebih masif ke depannya dan Manakarra film festival bisa menjadi wadah untuk mengapresiasi atau mengkritisi sebuah karya film,” harap Fathanan Dito.

Terpisah, Ibnu Abadi mengatakan, MFF 2024 bakal dijadikan pelajaran berharga bagi pihak penyelenggara untuk dapat lebih matang lagi pada pelaksanaan event serupa tahun 2025. Terlepas dari sejumlah kekurangan dari pelaksanaan MFF 2024, Direktur MFF 2024 itu mengaku sangat puas dengan apapun capaian di event tersebut.

“Apalagi ini merupakan festival film pertama di Sulbar. Dengan cakupan peserta yang sangat luas. Hingga 126 judul film yang terlibat dan datang dari berbagai daerah di Indonesia. Bagi kami, ini sudah sangat luar biasa,” papar Ibnu Abadi.

Sejumlah komunitas kreatif banyak terlibat aktif di empat hari pelaksanaan MFF 2024. Dari komunitas seni rupa, musik hingga UMKM lokal. Kata Ibnu Abadi, antusiasme warga Mamuju terbilang cukup tinggi selama pelaksanaan event tersebut.

“Tak berlebihan jika kami mengklaim bahwa MFF 2024 ini merupakan tonggak penting gerak sektor perfilman di Sulawesi Barat. Sampai jumpa di MFF 2025 tentu dengan konsep dan persiapan yang jauh lebih baik lagi,” pungkas Ibnu Abadi. (*)

Nur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup