Globalizing PMII dan Penegasan Dasasila Bandung
Oleh : Muhammad Suryadi R, (Alumni PMII Barru, Sekertaris Umum PC GP Ansor Kabupaten Barru)
Dunia diambang krisis. Problem di berbagai belahan dunia kian mengkhawatirkan. Eskalasi perang dan konflik antara negara semakin membesar. Tantangan yang paling baru yaitu penetapan kebijakaan tarif baru oleh AS. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pemberlakuan tarif resiprokal (Reciprocal Tariff) Amerika Serikat ke sejumlah negara mitra dagangnya.
Pemberlakuan kebijakan ini lantas memicu kekhawatiran besar. Kendati bagi Amerika, kebijakan ini akan menjadi berkah, tapi menjadi musibah bagi dunia.
Banyak pakar yang memprediksi kebijakan ini akan memicu resesi dan memicu perang dagang secara global. Sebab, kebijakan ini tidak hanya berlaku untuk negara rival seperti China dan Iran, tapi juga menghajar negara sekutu; Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Brazil (tempo.co, 03/04/2025).
Tidak ada kawan dan tidak ada lawan. Kebijakan ini kata Trump semata-mata untuk melindungi kepentingan nasional Amerika. Langkah ini baginya merupakan langkah proteksionis untuk mengembalikan kejayaan Amerika Serikat, “Make America Great Again”.
Terdapat ratusan negara di dunia terdampak kebijakan ini. Di kawasan ASEAN, negara yang terdampak yakni Kamboja 49 persen, Laos 48 persen, Vietnam 46 persen, Myanmar 44 persen, Thailand 36 persen, Malaysia dan Brunei Darussalam 24 persen, Singapura dan Timor Leste 10 persen serta Indonesia sebanyak 32 persen (idntimes.com, 03/04/2025).
Pasca diumumkan 02 April lalu, Indonesia telah menyiapkan langkah strategis menyikapi pemberlakukan tarif tersebut, salah satunya adalah akan menggandeng negara-negara ASEAN dan mengirim delegasi untuk berdialog dengan Gedung Putih.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tanggal 17 April tahun ini genap berusia 65 tahun usia yang sangat matang sebagai organisasi kemahasiswaan Islam terbesar di Indonesia. Karena itu, momentum hari kelahirannya mesti dimanfaatkan sebagai wadah konsolidasi menciptakaan solusi untuk umat, bangsa dan dunia.
Globalizing PMII
Di tengah situasi ketidakpastian dunia saat ini, PMII sebagai kader bangsa perlu hadir memberikan reaksi dan wajib menjawab isu dan tantangan global yang terjadi. Visi internasionalisasi atau globalizing PMII merupakan modal besar untuk berpartisipasi bersama warga dunia untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang.
Rekam jejak historis keterlibatan PMII di panggung internasional adalah modal besar. Dalam buku Menjadi Kader PMII, amat jelas peran PMII di kancah global. Pada September 1960, M. Said Budairy selaku Sekertaris Umum PP PMII kala itu menghadiri Constituent Meeting for the Youth Forum atau Konferensi Pembentukan Panitia Internasional Forum Pemuda Sedunia di Moskow. Said Budairy waktu itu menjadi delegasi pemuda Indonesia dalam konferensi tersebut.
Selanjutnya, PMII pada tahun 1965 mengirim Mahbub Djunaid dan Chotibul Umam sebagai delegasi pada kegiatan seminar internasional yang diinisasi oleh General Union of Palestine Students (GUPS) yang bertemakan konflik Palestina-Israel di tanah Yerussalem.
Di samping itu, PMII yang diwakili oleh Abdurrahman Saleh dan Siddiq Saleh pernah menjadi aktor kelahiran biro kemahasiswaan dalam Organisasi Islam Asia-Afrika.
Yang tak kalah pentingnya adalah sebagaimana dalam buku Refleksi 60 Tahun PMII; Harapan dan Tantangan, tercatat PB PMII beberapa kali menjadi inisiator event internasional, diantaranya; ASEAN Youth Leaders Forum di tahun 2002, Asia Pacific Interfaith Youth Meeting 2010, dan ASEAN Plus 8 Youth Assembly pada tahun 2013. Dan kiprah internasional PMII yang terakhir yang dicatat penulis yaitu pembentukan Pengurus Cabang Internasional (PCI) PMII Jerman, Tiongkok, Maroko, Korea Selatan dan Turki.
Penegasan Dasasila Bandung
Capaian di dunia internasional menjadi modal meyakinkan bagi PMII untuk ikut andil dan berkontribusi untuk menjadi solusi bagi perdamaian dunia. Harlah PMII ke-65 tahun yang jatuh pada tanggal 17 April sangat istimewa.
Sebab, sehari setelah kelahirannya (PMII), bangsa ini memperingati hari Konferensi Asia Afrika di Bandung, 18 April 1955. Karena itu, dua momentum ini harus menjadi wadah konsolidasi dalam rangka merespon isu dan tantangan global terutama masalah yang ada di depan mata yakni menghadapi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat dan problem-problem internasional lainnya.
Konferensi Asia Afrika sebagaimana yang kita pahami bersama adalah pertemuan tingkat tinggi yang menghimpun kekuatan dari negara-negara ketiga yang terdiri dari negara-negara Asia dan Afrika.
Konferensi tingkat tinggi yang pertama kali dilaksanakan di Gedung Merdeka, Bandung ini adalah pertemuan yang digagas oleh lima tokoh yang mewakili lima negara, yakni; Ali Sastroamijoyo (Indonesia), Sri Jhon Kotelawala (Sri Langka), Muhammad Ali (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India) dan U Nu (Myanmar).
Konferensi ini adalah solidaritas atas nama bangsa yang memiliki nasib dan rasa sepenanggungan bersama negara-negara bekas penjajahan yang ingin menghapuskan segala bentuk imperialisme dan kolonialisme di negerinya dan di negara-negara Asia Afrika yang terjadi di tengah rivalitas dua blok negara adidaya; blok barat; kapitalisme-liberalisme vs blok timur; komunisme-sosialisme.
Melalui konferensi tersebut, lahirlah sepuluh keputusan penting yang disebut sebagai Dasasila Bandung.
Sepuluh poin dalam Dasasila Bandung sejatinya merupakan kesepakatan keramat yang harus dijunjung tinggi dan diartikulasikan kembali di panggung internasional. Dasasila Bandung adalah dokumen bersejarah yang dimiliki Indonesia selain pidato yang sangat monumental To Bulid The World A New milik Soekarno yang sekarang telah diresmikan oleh UNESCO sebagai Memory Of The World pada tahun 2023.
Karena itu, Dasasila Bandung adalah falsafah diplomasi yang dapat menjadi senjata untuk memproteksi negara dari ancaman yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan ketahanan nasional.
Serta, PMII adalah wadah strategis yang dapat menyelesaikan misi itu. Tujuan PMII adalah berkomitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang selaras dengan Dasasila Bandung. Karenanya, menegaskan Dasasila Bandung bagi PMII adalah tugas dan panggilan sejarah.
Harlah PMII ke-65 tahun dan peringatan Konferensi Asia Afrika adalah momentum bersejarah yang mesti dijadikan sebagai kerangka refleksi kritis dan aksi terukur utamanya bagi PMII dalam menyusun rancang bangun positioning PMII di panggung global dan menjadi mitra kolaboratif-strategis pemerintah dalam rangka menyelesaikan setiap problem yang dihadapi bangsa.
Globalizing PMII tidak berhenti hanya sebagai misi menduniakan PMII, tetapi yang lebih besar dari itu adalah menjadi lokomotif gerakan dalam rangka mengantarkan Indonesia menjadi negara yang disegani serta mengembalikan ingatan dunia terhadap Indonesia sebagai macan dunia.
Selamat Hari Lahir PMII Ke-65 Tahun
Selamat Memperingati Konferensi Asia-Afrika Ke-70 Tahun
Tinggalkan Balasan