Tantangan KPID Makin Kompleks, KPID Sulbar Harap Semua Pihak Kolaborasi Konstruktif

MAMUJU, Analysis.co.id – Tantangan KPID dimasa yang akan datang semakin kompleks, terlihat dari sejumlah platfrom media sosial kian marak, KPID Sulbar berharap kepada semua pihak untuk terus melakukan kolaborasi dan sinergi yang konstruktif guna mengatasi semua persoalan yang ada.

Asisten I Bidang Pemerintahan Pemprov Sulbar, Muhammad Jaun menyampaikan tantangan yang akan di hadapi KPID kedepan, semakin kompleks.

Menurutnya, hal tersebut didasari perkembangan teknologi yang semakin secara signifikan.

“Teknologi ini suatu keniscayaan, karena media-media yang lain seperti media sosial yang selama ini berkembang terus, itu akan tantangan tersendiri bagi KPID,” kata Muhammad Jaun , di Cafe DAP, Jl. R.E Martadinata, Kamis (25/4/2024).

Muhammad Jaun menambahkan, “karena mereka harus di edukasi dalam memilih konten-konten sehat sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat, selain itu juga disaat yang bersamaan KPID juga harus mengawasi penyiaran dalam lingkup tugasnya, sehingga kolaborasi pengawasan dan edukasi terhadap generasi muda terutama Gen Z sekarang ini marak, itu tetap menjadi warna tugas KPID dan itu akan semakin bagus apabila kolaborasi itu berjalan dengan baik,” sambungnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua KPID Sulbar, Mu’min berharap semua mitra KPID Sulbar, baik di pemerintah, masyarakat terkhusus lembaga media penyiaran itu bisa membangun satu kolaborasi yang benar-benar sinergi dan konstruktif untuk mengatasi semua persoalan penyiaran di daerah.

“Dibenak kami persoalan besar di daerah kami yaitu persoalan infrastruktur penyiaran, dimana pemerataan informasi masih terjadi get antara daerah satu dengan daerah yang lain, sehingga tugas kami mengkomunikan dengan pemerintah sebagai pengambil kebijakan bagaimana Sulbar ini diperhatikan,” ungkap Mu’min.

Selanjutnya, dari segi Konten siaran, Mu’min menuturkan fase sekarang telah memasuki era yang disebut konfregensi media dimana teknologi dan informasi komunikasi semakin maju dan meningkat, sehingga terjadi pergeseran yang menuntut penyesuaian dari media agar tidak tertinggal.

“Tapi disaat bersamaan itu menimbulkan ancaman dari sektor pengawasan media baru, itu diluar dari yuridiksi kami sehingga kita tidak punya tangan untuk mengawasi media-media baru itu, lain sisi di lembaga penyiaran ini dipaksa untuk bersaing dengan media baru tadi, nah itu satu perlakuan sedikit doble stand atau standar ganda” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup