Surat untuk Mas Suwarno Wisetrotomo (Kurator Lukisan)

Tarian Ombak | Kakek Shiwa Bijah Lukisan koleksi Ilham Mustamin.

Ibrah La Iman
Matoa Setangkai Bunga Makka


Salam, tabe’.

Tuhan yang Maha Melukiskan jagad raya dan hati manusia semoga senantiasa membersamai setiap karya.

Sebelumnya, hatur nuwun Mas Suwarno Wisetrotomo. Hari ini saya tergugah saja seketika hendak menuliskan surat sederhana ini kepada Anda. Barangkali bukan ajakan ke Belanda atau Korea Selatan Mas, namun suatu waktu semoga dapat kita undang ke Galeri Setangkai Bunga Makka, Parepare.

Tabe’ Mas, surat ini saya kirimkan sebagai sesama penikmat lukisan. Bedanya Mas Warno mendalaminya sebagai ilmuwan juga sekaligus seniman, sedangkan saya menikmatinya sebagai orang biasa saja iye’.

Perihal lukisan; paling jauh, semasa kecil saya terpantik karya yang menggambarkan Tanah Suci pada suatu dinding tripleks yang digoreskan oleh seorang tua di kampung halaman. Saya tidak pernah menduga, tarikan garis berbalut warna dapat menyerupai perwujudan sesuatu.

Lukisan bagi saya saat kecil menjelma proses mendekatkan ‘pemandangan’ yang jauh. Apalagi corak ‘Tanah Suci’ waktu itu sangat terbatas yang bisa menikmati suasananya, walau dalam bentuk gambar. Semenjak itu saya takjub pada lukisan.

Ketakjuban saya itu ternyata ikut menjelajahi waktu. Saya biasa tiba-tiba saja tidak menyadari terbawa oleh imajinasi suatu lukisan. Hingga saya menyadari; ternyata lukisan bukan saja soal kenyataan, yang tidak terbersit pun untuk tidak menyebutnya gaib, seorang seniman lukis bisa saja menyentuhnya dan memindahkannya ke medium gambar.

Oya, kembali ke Mas Warno yang sudah puluhan tahun menggeluti hidup sebagai seorang kurator dan merintis adanya Galeri Nasional. Secara seksama beberapa hari ini saya mengulang-ulang beberapa video termasuk podcast Mas Puthut EA dengan Anda dan juga bacaan soal kurasi karya seniman khususnya lukisan.

Dari situ saya bersua kembali dengan karya Vincent van Gogh, inspirasinya atas bintang-bintang mengantarkan lukisannya mempesona terus menerus tak lekang waktu. Bahkan anak-anak Gen Z pun turut menghayatinya. Namun sama-sama kita mengetahui bahwa tragedi tak terlepas dari bagian hidupnya.

“Saya tidak tahu apa-apa dengan pasti, tetapi melihat bintang-bintang membuat saya bermimpi,” -van Gogh

Sama dengan pemilik pesona kuas berkelok-kelok itu, saya pun sama sekali tidak tahu apa-apa dengan pasti. Saya hanya merasa perlu untuk bersua dengan panjenengan. Barangkali tidak dalam waktu dekat tapi semoga bisa di waktu yang tepat. Walau ada penulis yang meyakini ada ‘cinta yang tidak tepat waktu’, saya malah menduga sepertinya itulah waktu yang tepat.

Terima kasih Mas Warno atas dedikasinya dalam dunia pengkaryaan. Sehat-sehat senantiasa bersama keluarga.

Sincerus,-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup